Selasa, 21 Oktober 2008

UNDER COSNTRUCTION

UNTUK SEMENTARA BLOG INI KAMI TUTUP BERHUBUNG KARENA DALAM PERBAIKAN

Minggu, 19 Oktober 2008

KATSUOBUSHI SEBAGAI PENYEDAP MAKANAN DAN PELUANG BISNIS ATAU USAHA

Hanakatsuo (Katsuobushi) bukan bumbu masak seperti MSG,melainkan bumbu pelengkap penyedap makanan dan paling sering digunakan pada makanan tradisional Jepang, tapi dapat pula digunakan pada makanan Indonesia (Gambar-gambar yang kami tampilkan hanya sebagian kegunaan Hanakatsuo sebagai penyedap makanan)














Selain sebagai penyedap makanan dirumah, Katsuobushi dapat pula dijadikan sebagai Lahan Bisnis atau Usaha. Usaha ini mulai berkembang di kota-kota besar, misalnya di Jakarta,Bandung,Surabaya,Solo,Bali dan Jogya.
Bisnis ini merupakan bisnis makanan dari Jepang yang sudah mulai digemari oleh masyarakat Indonesia, yaitu "TAKOYAKI", makanan yang terbuat dari adonan terigu dengan bentuk bulat menyerupai BAKSO dan ditengahnya diberi irisan Gurita (Tako) serta taburan KATSOUBUSHI diatasnya yang merupakan ciri khas dari makanan ini.

Perkembangan bisnis ini sangat dipengaruhi oleh mudahnya memperoleh Katsuobushi dengan harga yang terjangkau, karena Katsuobushi sudah diproduksi di Indonesia oleh PT.OMERESO FOODS.

Ada berapa hal yang perlu diketahui untuk memulai bisnis ini, misalnya :
1. Siapkan resep Takoyaki terlebih dahulu, salah satu resep bisa dipakai sbb:

Bahan :
4 kuning telur,2 putih telur,dashi stock (5 sdm dashi+750 ml air),350 gr tepung terigu,1 sdt baking powder,3 sdt garam,minyak sayur

Bahan Isi:
250 gr Tako (Gurita/Cumi) direbus lalu dipotong kotak 1 cm, kol iris tipis, daun bawang iris tipis, jahe cincang halus.

Pelengkap :
200 ml saus teriyaki (dapat dibeli di supermarket yg khusus menjual bumbu masakan Jepang), 5 gr Katsuobushi produksi PT.OMERESO FOODS (wajib sebagai ciri khas makanan Takoyaki) dan sedikit daun nori bubuk.

Cara membuatnya :
1. Kocok lepas telur, tambahkan dashi stock sedikit demi sedikit sambil diaduk rata.
2. Tuang baking powder dan garam ke dalam campuran tepung,aduk rata.
3. Tuang adonan terigu kedalam campuran telur dan dashi stock.
4. Panaskan cetakan & olesi dengan minyak sayur.
5. Tuang adonan kecetakan sampai 3/4, tambahkan Tako,kol,daun bawang dan jahe.
6. Tutup dengan adonan kulit lagi sampai penuh,biarkan banjir meluap.
7. Bolak balik sampai membetuk bola (Bakso) sampai matang
8. Silahkan mencoba dan lihat foto berikut untuk lebih jelas:

2. Untuk selanjutnya, siapkan counter tempat pajangan seprti foto berikut :



3. Selamat menjadi pe bisnis TAKOYAKI, pihak PT.OMERESO FOODS siap mensuplay Katsuobushi sesuai kebutuhan anda.

KATSUOBUSHI,SEJARAH,MAMFAAT DAN CARA PEMBUATANNYA


Katsuobushi
Katsuobushi adalah makanan awetan berbahan baku ikan cakalang (鰹, カツオ, katsuo?) yang dikenal juga sebagai ikan bonito (Katsuwonus pelamis). Katsuobushi diserut menjadi seperti serutan kayu untuk diambil kaldunya yang merupakan bahan dasar masakan Jepang, ditaburkan di atas makanan sebagai penyedap rasa, atau dimakan begitu saja sebagai teman makan nasi.
Katsuobushi yang sudah diserut tipis, berwarna coklat muda hingga merah jambu sedikit bening umumnya dijual dalam kemasan plastik. Katsuobushi sebagai penyedap makanan biasanya ditaburkan di atas tahu dingin (Hiyayako), Okonomiyaki dan Takoyaki. Katsuobushi yang sudah diserut sering disebut Kezuribushi.
Pengawetan ikan cakalang menjadi Katsuobushi umum dilakukan di beberapa negara seperti Jepang dan kepulauan Maladewa. Katsuobushi disebut juga sebagai ikan kayu karena ikan cakalang yang sudah diolah menjadi sangat keras seperti kayu, sehingga sebelum digunakan harus diserut dengan alat ketam.
Ikan dibelah menjadi 2 bagian untuk membuang bagian tulang, menyisakan bagian daging ikan berbentuk lengkungan seperti kapal yang disebut fushi (節, fushi?). Daging ikan kemudian diproses sehingga produk akhirnya disebut Katsuobushi.
Pemrosesan terdiri dari berbagai tahap, sebutan untuk ikan cakalang yang hanya direbus dan dikeringkan adalah Namaribushi. Tahap selanjutnya adalah memproses Namaribushi dengan cara pengasapan atau pengapangan untuk menumbuhkan berjenis-jenis kapang di atas permukaannya. Produk akhir yang sering digunakan dalam masakan Jepang adalah Katsuobushi yang mengalami pengapangan dan Namaribushi.
Teknik pengawetan ikan menjadi Katsuobushi sudah dikenal di Jepang sejak sebelum zaman Edo.
Katsuobushi kaya dengan vitamin B kompleks dan banyak mengandung Inosine dan unsur umami sehingga selalu digunakan di Jepang sebagai bumbu dapur atau penyedap. Dalam istilah orang Jepang, umami adalah rasa "lezat" yang merupakan rasa tambahan dari empat rasa utama yang umum: manis, asam, asin, dan pahit.
Katsuobushi hasil pengapangan disebut Karebushi yang mengandung lebih banyak unsur umami dan vitamin B dibandingkan Katsuobushi biasa.


Sejarah
Ikan cakalang adalah ikan yang sudah dikonsumsi orang Jepang sejak zaman kuno. Dari beberapa situs penggalian seperti di Hachinohe (prefektur Aomori) berhasil ditemukan sisa-sisa ikan cakalang bekas dimakan orang zaman Jomon. Walaupun ada kemungkinan teknik pengeringan ikan cakalang sudah dikuasai orang Jepang sejak abad ke-5, hasil akhirnya mungkin sangat berbeda dengan Katsuobushi yang dikenal sekarang. Berdasarkan catatan zaman kuno juga diketahui teknik pengolahan ikan cakalang yang sesudah jadi lebih mirip ikan kering.
Menurut buku hukum Fuyakuryō dan undang-undang Taihō ritsury terbitan tahun 701 zaman Asuka, ikan cakalang kering ditetapkan sebagai upeti atau barang persembahan, bersama-sama dengan ikan cakalang, ikan cakalang masak nimono, dan air kaldu ikan cakalang. Pada zaman dulu, ikan cakalang adalah upeti yang dikirimkan dari daerah-daerah seperti Izu, Suruga, Shima, Sagami, Awa, Kii, Awa, Tosa, Bun-go, dan Himuka.
Pengolahan ikan cakalang dari zaman Muromachi mempunyai hasil akhir yang mirip dengan Katsuobushi yang dikenal sekarang. Hana katsuo disebut-sebut dalam buku masak terkenal dari zaman Muromachi yang berjudul Shijōryū hōchōsho. Kemungkinan besar Hanakatsuo yang disebut dalam buku masak zaman Muromachi adalah produk awetan ikan cakalang yang sangat keras, sehingga harus diserut tipis dengan alat ketam dan bukan cuma berupa ikan cakalang kering.
Teknik pengasapan baru dikenal di zaman Edo. Kabarnya teknik menghilangkan air dari dalam daging ikan dengan cara pengasapan mulai dilakukan oleh orang dari wilayah Kishu (Kumano) yang bernama Jintarō. Kabibushi (かび節, Kabibushi?) adalah jenis Katsuobushi yang dimatangkan dengan cara pengapangan. Teknik pembuatan Kabibushi yang kemudian meluas ke seluruh Jepang kabarnya diciptakan oleh Tosano Yoichi yang juga berasal dari wilayah Kishu. Pada zaman dulu, pengolahan ikan cakalang di Jepang berpusat di daerah-daerah pantai Samudra Pasifik seperti Satsuma, Tosa, Awa, Kii, Shima, Ise, dan Izu.
Di zaman Edo peringkat kualitas Katsuobushi dibuat seperti peringkat atlet Sumo. Kualitas atas yang disebut kelas Gyoji ditempati Asobushi dari Ise, Namikiribushi dari Shima, sedangkan Shimizubushi dari Shizuoka dan Yakushimabushi dari Satsuma menempati peringkat nomor dua atau kelas Ozeki. Masakan berkelas khas Kyoto yang disebut Kyōryōri banyak menggunakan Katsuobushi kelas Gyōji, sedangkan Namikiribushi dan Karebushi banyak dipakai dalam masakan Chagaisekiryōri yang dihidangkan di kuil agama Buddha atau kuil Shintō yang ada di Kyoto. Kemajuan transportasi laut pada zaman Edo juga memungkinkan Katsuobushi yang berasal dari pulau Kyushu dan pulau Shikoku bisa diangkut sampai ke Edo.
Sesudah zaman Meiji, pengolahan ikan cakalang juga dilakukan di pulau Uotsuri yang terletak di kepulauan Senkaku, dan di pulau-pulau di sebelah selatan Samudra Pasifik yang ditetapkan Liga Bangsa-Bangsa sebagai wilayah mandat Jepang. Pengolahan ikan cakalang dari kepulauan Samudra Pasifik ini berkembang dengan pesat karena harga-harga lokal yang murah, tapi kemudian industri ini tamat akibat pecahnya Perang Dunia II.


Manfaat
Katsuobushi adalah bahan dasar kaldu yang disebut dashi dan merupakan bumbu dapur masakan Jepang yang paling utama. Dalam bahasa Jepang, sanmai oroshi (三枚おろし, tiga potong, belah?) adalah cara membelah ikan menjadi 3 bagian, yang terdiri dari 2 bagian daging dan 1 bagian tulang yang tidak digunakan.
Jenis-jenis Katsuobushi menurut bagian ikan hasil sanmai oroshi:
Kamebushi (dua bagian daging utuh)
Honbushi (daging bagian punggung dan perut saja)
Osubushi atau Senakabushi (bagian punggung dari Honbushi saja)
Mesubushi (daging bagian perut)
Pada zaman dulu, Katsuobushi hanya diserut seperlunya sebelum digunakan untuk memasak, sehingga alat ketam merupakan peralatan dapur yang harus dimiliki oleh semua rumah tangga di Jepang. Alat ketam untuk menyerut Katsuobushi mirip dengan alat ketam yang digunakan tukang kayu, hanya saja letak mata pisau berada di atas dan bukan di bawah. Di bawah alat ketam juga terdapat kotak kecil menyerupai laci yang bisa dibuka dan ditutup untuk mengumpulkan hasil serutan. Nama resmi untuk alat ketam Katsuobushi adalah Ogura shiki katsuobushi kezurik alat serut katsuobushi cara Ogura) yang diciptakan oleh warga Tokyo yang bernama Ogura.
Pada zaman sekarang, Katsuobushi dijual dalam keadaan sudah diserut atau berbentuk seperti keripik yang dikemas dalam kemasan kedap udara berisi nitrogen. Katsuobushi yang dijual dalam bentuk sudah diserut tidak berbau seharum aroma katsuobushi yang baru diserut, sehingga restoran tradisional Jepang (ryotei) lebih memilih untuk menyerut sendiri.
Katsuobushi juga digunakan pada masakan Jepang yang dibuat dengan cara nimono (merebus dengan kecap asin dan mirin), dimakan begitu saja dengan sedikit kecap asin (o-kaka), atau digunakan sebagai isi Onigiri. Katsuobushi yang umum digunakan pada masakan adalah Hanakatsuo yang merupakan serutan Arakezuri, sedangkan restoran tradisional Jepang (ryotei) lebih memilih menggunakan Karebushi yang harganya mahal tapi berkualitas tinggi dan jauh lebih enak.


Cara pembuatan
1. Ikan cakalang dipotong, bagian kepala dibuang dan isi perut dikeluarkan
2. Ikan dibelah tiga menjadi 2 bagian daging dan 1 bagian tulang
3. Daging ikan dimasukkan ke dalam keranjang, direbus selama kira-kira 100 menit. Suhu rebusan sewaktu merebus harus benar-benar dijaga
4. Daging ikan diangkat, sisik ikan, lemak pada bagian perut dan tulang harus dibuang semuanya dan dibersihkan. Daging ikan yang diolah sampai tahap ini ada yang dijual sebagai produk akhir dan disebut Namaribushi. Dulunya Namaribushi merupakan makanan istimewa yang hanya bisa dinikmati di sentra-sentra industri ikan cakalang, tapi sekarang sudah banyak dijual oleh perusahaan yang menerima pesanan yang dikirim lewat paket pos.
5. Proses selanjutnya adalah mengeringkan daging ikan dengan proses pengasapan menggunakan kayu semacam pohon Oak. Daging ikan dibolak-balik seperlunya selama proses pengasapan. Daging ikan yang diolah sampai tahap ini disebut Arabushi yang setelah diserut dijual dengan nama Hanakatsuo.
6. Permukaan daging ikan dibersihkan, dibuang bagian yang kotor dan dikeringkan lagi dengan menjemurnya di bawah sinar matahari.
7. Daging ikan dimasukkan ke dalam ruangan tertutup untuk menjalani proses pengapangan secara alami dengan kapang jenis Aspergillus.
8. Kapang yang tumbuh di permukaan daging ikan dibuang
9. Proses nomor 7 dan nomor 8 terus diulang sampai daging ikan menjadi sangat kering dan keras seperti kayu sehingga kapang tidak bisa tumbuh lagi. Pada tahap ini, berat bersih produk akhir yang bernama Karebushi hanya tinggal seperlima dari berat bahan sebelum diproses. Karebushi berkualitas baik jika diadu satu sama lainnya akan mengeluarkan bunyi berdenting seperti kayu keras atau besi yang beradu. Pecahan Karebushi terlihat berwarna merah tua yang bening seperti batu Rubi
Cara pembuatan yang sama (biasanya sampai tahap Arabushi) juga sering dilakukan terhadap berjenis-jenis ikan lain.